Asniwun Nopa: Selamanya Mengabdi, Tanpa Henti Menginspirasi

“Masih banyak pelosok negeri yang belum kita sambangi, masih banyak senyum anak negeri yang belum kita nikmati”, (Asniwun Nopa).


Daripada mengutuk kegelapan lebih baik menyalakan lilin peradaban. Semangat itulah yang ingin diteriakkan seorang Asniwun Nopa dalam merespon problematika pendidikan di Sulawesi Tenggara (Sultra). Dengan latar belakang pendidikan di bidang hukum, membuat seorang Asni jeli dalam mencermati perkembangan pendidikan generasi muda.

Tak berhenti sampai disitu, sebagian orang masih berasumsi pendidikan hanya sebagai proses mengajar di dalam kelas. Atas dasar itulah Asniwun Nopa ingin menunjukan bahwa jangkauan pendidikan melampaui sekat-sekat didalam ruang kelas.

Sebelum memulai pengabdiannya, hidup telah menempa karakter Asni sejak duduk di bangku sekolah. Pengalamannya dalam berorganisasi di lingkungan kampus menjadikanya pribadi yang memiliki pola pikir out of the box. Banyak perubahan yang ia rasakan terutama dalam hal keterampilan berkomunikasi dan mengorganisir. “Saya senang berorganisasi karena dalam organisasi saya kemudian belajar mengembangkan kemampuan teknis (hard skill) dan keterampilan non teknis yang berkaitan dengan perilaku (soft skill),” kata Asni.

Kegandrunganya berkecimpung dalam dunia organisasi turut melatih idealisme dan jiwa sosialnya. Naluri pengabdianya terinspirasi dari ketokohan Soekarno yang melegenda dalam sanubarinya. Entah kenapa, petikan pidato Bung Karno “berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” memicu nalarnya, sehingga berinsiatif membangun sebuah gerakan.

Penerima penghargaan Pemuda Indonesia dari Kemenpora itu tetap keukeuh bahwa masyarakat penting untuk menyadari bahwa permasalahan pendidikan khususnya yang ada di daerah terpencil atau pinggiran kota tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tapi kita semua.

“Saya harap semua pihak, terutama kaum muda bisa melakukan sesuatu. Kita bisa memulai dengan melakukan hal-hal kecil, seperti mengumpulkan buku untuk mereka atau melakukan pekerjaan sukarela dan sebagainya. Jika semakin banyak orang melakukan hal-hal yang nyata untuk pendidikan, kita bisa membantu menciptakan perubahan dalam wajah Pendidikan di Indonesia” jelasnya.

“Selama ini saya melihat banyak orang, termasuk kaum muda sering berkomentar atau mengkritisi pemerintah terkait kondisi dan permasalahan pendidikan, khususnya untuk mereka yang berada di pelosok, namun tidak berusaha melakukan sesuatu untuk mengatasi ataupun menyelesaikan masalah itu” tegasnya.

Berangkat dari kesadaran bahwasanya sekedar berkata-kata indah penuh semangat tidaklah cukup. Diperlukan aksi nyata dalam berbuat, maka ia serta kaum muda Kendari yang tergabung kedalam berbagai komunitas menginisiasi sebuah gathering. Kemudian melahirkan sebuah gerakan yang kini disebut sebagai Gerakan Kendari Mengajar (GKM). Sebuah gerakan yang peduli terhadap pendidikan.

Asni menjelaskan, Gerakan Kendari Mengajar (GKM) adalah sebuah gerakan atau komunitas nonprofit di bidang pendidikan yang dipelopori oleh anak-anak muda di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara , dengan satu tujuan utama yakni turut serta turun tangan membantu membangun generasi muda untuk masa depan yang lebih baik melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat edukatif dan inspiratif dengan fokus kegiatan pada daerah-daerah yang terletak di pinggiran kota. Ia menyadari tidak selalu bisa membangun masa depan untuk generasi muda, tetapi melalui wadah GKM ia dapat membangun generasi muda untuk masa depan yang lebih baik.

Secara strukural, divisi dalam GKM diisi oleh para relawan atau volunteer. Volunteer GKM berasal dari berbagai macam latar belakang yakni mahasiswa dan para profesional yang berasal dari beragam profesi, misalnya PNS, pekerja swasta, dosen, dan lain-lain. “Untuk menjadi volunteer GKM, ada beberapa tahap yang harus dilalui. Tahap pertama adalah tahap pendaftaran. Setelah itu, calon volunteer yang lolos kemudian akan menjalani pembekalan. Pembekalan volunteer dilaksanakan secara intensif sesuai kebutuhan. Setelah tahap pembekalan, volunteer GKM kemudian menjalankan tugasnya di divisi-divisi Gerakan Kendari Mengajar (GKM).

Asni bersama GKM saat mengadakan kegiatan di SDN 16 Tongkuno, Kabupaten Muna.

GKM yang lahir dari keheningan dan idealisme perempuan penggila travelling itu hingga kini terus menggeliat menebarkan inspirasi ke pelosok daerah. Sepanjang satu periode terbentuknya, GKM telah melakukan berbagai kegiatan diantaranya pengajaran di kampung pemulung Lepo-Lepo, menginisiasi pendirian Taman Baca & pendistribusian buku bacaan kebeberapa titik taman baca di sulawesi tenggara, event sosial tahunan seperti Gerakan 1000 Buku di tahun 2014, Gerakan 1000 Buku Tulis (GSBT) di tahun 2015, Gerakan 1000 Seragam Sekolah (Gerakan Serasa) di tahun 2016 dan Warna-Warna GKM (WWG) di tahun 2018, serta event sosial kerjasama misalnya festival pendidikan bertajuk Saponda Island Care pada bulan April lalu, kegiatan peringatan hari Buku sedunia, dan Program Bak Sampah di salah satu kampung bajo di Kabupaten Konawe.

“Untuk membiayai kegiatan operasional, GKM kemudian meluncurkan brand usaha GeKaeM Clothing dan Merchandise pada tahun 2015. GeKaeM Clothing & Merchandise berfokus pada usaha produksi kaos, pin dan merchandise dengan berbagai macam tema. Keuntungan dari penjualan kemudian digunakan untuk pembiayaan kegiatan-kegiatan operasional GKM” urai perempuan yang hobi membaca tersebut.

Setiap kebaikan pasti menemui ujian. Begitupula dengan GKM. Minimnya pendanaan, medan yang jauh, ketersedian kendaraan tidak seimbang dengan jumlah volunteer yang ada serta naik turunnya semangat para volunteer menjadi sekelumit tantangan yang dihadapi para volunteer GKM dalam mendarma baktikan diri.

Sedangkan terkait adik didik, bagaimana membuat kegiatan pembelajaran yang menarik namun tetap mendidik sehingga membuat adik-adik akan tetap datang ditiap minggunya. Terkait pembelajaran untuk adik-adik peserta didik, GKM senantiasa mencari referensi terkait metode-metode pengajaran yang cocok untuk diadopsi oleh para pengajar dan melakukan pembekalan-pembekalan ke pengajar dan terus meramu kegiatan-kegiatan pembelajaran yang edukatif namun tetap menghibur agar anak-anak tidak bosan untuk selalu datang belajar.

Dara pemilik rasi bintang Sagitarius itu berharap agar para pemuda bisa lebih peka terhadap lingkungannya, menjadi generasi tangan di atas. Bukan penerima tetapi menjadi pemberi, menjadi panutan bagi pemuda-pemudi lainnya khususnya di Kota Kendari untuk menebarkan inspirasi, melakukan kebaikan, dimanapun, kapanpun dan kepada siapapun. Terus meningkatkan kapasitas dan kapabilitas diri sehingga dapat terus menghasilkan karya-karya yang kreatif, inovatif dan menjadi pemuda yang mempunyai pemahaman global (global understanding) dan juga pemahaman akar rumput (Grassroots understanding) yang baik.

“Gunakan kebaikan anda untuk menyentuh hidup orang lain, karena ukuran kesuksesan bukan hanya berbicara berapa banyak materi yang anda hasilkan, namun seberapa besar perubahan yang telah anda buat dalam hidup orang lain” Tutupnya.

3,600 Komentar

  1. aphy

    Keren….Semoga tetap istiqamah….
    #PanjangUmurKebaikan😇

Komentar ditutup.