Menjelajah Waktu di Museum Negeri

UPTD Museum Sultra memiliki beragam koleksi. Koleksi benda sejarah di Museum terbagi dalam 10 jenis koleksi yang dipilah menjadi 5.334 koleksi. Sepuluh koleksi adalah filologi, geologi, biologika, etnografi, arkeologi, numismatik heraldik, keramik, firologi, seni rupa dan teknologi. Orang Indonesia pernah menggelar pameran sejarah di Museum itu.

Meski letaknya di pusat peradaban kota, di tengah keramaian serta hiruk pikuknya kaum urban, Museum Negeri Sultra tampak sepi dan membisu. Tak menggeliat. Layaknya sejarah yang diam-diam terlupakan begitulah kodrat gedung yang menjembatani masa lalu itu sekarang. Padahal di dalamnya menampung warisan sejarah dan budaya sebagai bekal generasi penerus dalam melakukan counter terhadap pergesekan budaya barat dan modern.

Eksistensi museum adalah benteng peradaban dalam mencegah friksi antar budaya. Tantangannya terhadap perkembangan zaman cukuplah berat mengingat berubahnya pola interaksi masyarakat. Kondisi pekarangan yang telah dirambati rerumputan liar cukup memberi kesan nestapa. Ruang yang kaku, gelap dan dingin turut melabeli tiap benda-benda mati dan artefak di dalamnya.

Sedang, mengenai ragam jenis koleksi ada satu hal krusial yang hilang dari amatan. Benda-benda peninggalan dan artefak tersebut tidak mengisi jiwa kita dengan asupan kisah yang memadai. Pada akhirnya sembari memikul kompleksitas yang ada insan permuseuman perlu bertekad apabila publik tidak datang ke museum, maka museum yang mengetuk pintu rumah mereka.

Foto 1, Permandian Bayi

Foto 1: Upacara permandian bayi lahir pertama kali menggunakan Kalo. Dipakaikan pada pergelangan tangan dan kaki pada bayi. Berfungsi sebagai tanda atau unsur yang memberi kelengkapan terbentuknya keluarga inti. Pemasangan Kalo dilakukan oleh Bibi atau Nenek dari pihak Ibu.

Foto 2: Alat persenjataan kuno dan kelengkapan helm pengaman yang digunakan ketika perang.

Foto 3: Al-Qur’an Tulis Tangan: Mushaf ini berasal dari Kabupaten Muna pada Abad XV, tahun 1501. Ketika itu kerajaan Muna dipimpin oleh Raja “Sugi Manuru”. Jenis kertas yang digunakan ialah “Dluwang”. Tinta tulisan terbuat dari getah buah-buahan, alat tulisnya terbuat dari lidi pohon enau (koroka).

Foto 2, Alat perang kuno.
Foto 3, Al-Qur’an Tulis Tangan

72 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *